SOSIOLINGUSTIK
- Mengapa wanita cenderung tidak dipilih sebagai informan dalam penelitian bahasa?Karena wanita lebih sadar diri dan sadar kelas daripada pria. Wanita cenderung mempunyai sikap hiperkorek sehingga dianggap mengaburkan situasi yang sebenarnya dikehendaki oleh para peneliti. Wanita dianggap sebagai kelas kedua seperti itu, maka muncul emansipasi wanita untuk bergerak. Wanita berusaha keras untuk meningkatkan dirinya dengan segala cara yang paling efektif yaitu dengan menggunakan bahasa ragam baku yang sebaik-baikya. Hal ini dilandasi ragam baku mempunyai konotasi terpelajar, berstatus, berkualitas, kompeten, independen, dan kuat, sehingga para peneliti tidak memilih wanita sebagai informan dalam penelitian bahasa.
- Jelaskan perbedaan variasi bahasa antara pria dan wanita!
- Gerak anggota badan dan ekspresi wajahPada dasarnya perbedaan pria dengan wanita itu mungkin tidak langsung menyangkut masalah bahasa atau strukturnya, melainkan hal-hal lain yang membarengi tutur. Yakni salah satunya adalah gerak anggota badan dan ekspresi wajah. Dalam masyarakat pada umumnya, gerakan badan atau gesture digunakan untuk mengungkapkan maksud suatu tuturan. Contoh pada masyarakat Indonesia, kalau orang bertutur dan menyetujui atau membenarkan ucapan atau pendapat orang lain yang diajak bicara, orang itu akan mengatakan “ya” dibarengi dengan anggukan kepala, sedangakan kalau menolak berkata “tidak” dibarengi dengan menggelengkan kepala. Dalam masyarakat Jawa, jika mempersilakan orang lain yang dihormati untuk duduk, ia akan “mengacungkan ibu jarinya” untuk menunjukkan tempat yang disediakan bagi tamunya. Gerakan kepala dan acungan ibu jari menunjukkan adanya gesture tubuh yang digunakan sebagai tuturan dan mempunyai maksud tertentu yang berlaku untuk semua orang tanpa membedakan jenis kelaminnya.Sedangkan dalam hal ekspresi wajah, wanita biasanya relatif lebih banyak mempermainkan bibir dan matanya dibandingan dengan pria. Misalnya kalau jengkel matanya akan mleruk atau mlerok (dalam bahasa Jawa), sedangkan pria melotot. Wajahnya bisa mbesengut atau mrengut (dalam bahasa Jawa). Bibir bisa mencucu (dalam bahasa Jawa)
- Suara dan intonasiSuara wanita umumnya lebih lembut bila dibandingkan dengan suara pria. Hal ini sedikit banyak berkaitan dengan nilai sosial atau tata krama dan sopan santun yang terdapat pada orang itu. Wanita yang bersuara keras dianggap kurang sopan. Sebaliknya jika pria bersuara lembut dianggap seperti wanita. Untuk hal intonasi, intonasi memanjang pada bagian akhir kalimat lebih banyak pada wanita. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan suara manja yang khas pada wanita.
- Fonem sebagai ciri pembedaVokal pada tutur wanita, dalam banyak logat atau ragam (b.Inggris) telah ditemukan posisinya lebih meminggir atau menepi (lebih ke depan, ke belakang, lebih tinggi, atau lebih rendah) bila dibandingkan dengan vokal pria.
- Kasus Hindia BaratKetika orang-orang Eropa pertama kali tiba di kepulauan Antillen Kecil, Hindia Barat dan mengadakan kontak dengan orang Indian Karibia. Mereka menemukan pria dan wanita menggunakan bahasa yang berbeda, pengamatan selanjutnya menunjukkan sebenarnya mereka itu bukan menggunakan bahasa yang berbeda, melainkan hanya ragam yang berbeda dalam satu bahasa dan itupun hanya menyangkut kosakata dalam frase.
- Teori TabuTabu memegang peranan penting dalam bahasa. Ilmu ini memperhatikan tabu sebagai berubahnya makna kata. Sebuah kata yang ditabukan tidak dipakai, kemudian digunakan kata lain yang sudah mempunyai makna sendiri. Akibanya, kata yang di tabukan itu memperoleh beban makna tambahan. Tabu itu tidak hanya menyangkut ketakutan terhadap roh gaib, melainkan juga berkaitan dengan sopan santun dan tata krama pergaulan sosial, orang yang tidak ingin dianggap tidak sopan akan menghindarkan penggunaan kata-kata tertentu, contohnya adalah penabuaan kata yang hampir sama bunyinya dengan bunyi kata yang di tabukan itu apa yang pernah terjadi di Malaysia. Di Malaysia kata butuh di tabukan karena dianggap porno.
- Teori sistem kekerabatanBahasa Chiqiuto, bahasa Indian Amerika di Bolivia, bila seorang wanita ingin mengatakan kakak saya laki-laki, ia mengetakan icibausi, sedangkan pria mengatakan tsaruki. Perbedaan kosakata ini jelas bukan karena masalah tabu, melainkan akibat dari sistem kekerabatan dan sistem jenis kelamin. Perbedaan kata itu di dasarkan atas jenis kelamin penutur atau orang yang menyapa. Cara ini di temukan pada hubungan lain, misalnya :
Penutur
Pria Penutur Wanita
‘ayah saya’
ijai
isupu
‘ibu
saya’
ipaki
ipapa
Perbedaan ini bertolak belakang dengan yang ada dalam
Bahasa Indonesia, perbedaan didasarkan pada orang yang disapa atau yang
disebut, bukan kepada orang bertutur. Kata paman atau bibi
mengacu pada jenis kelamin yang berbeda dari orang yang kita sapa.
- Konservatif dan InovatifAda situasi yang menarik dalam perbedaan ragam tutur pria dan wanita yang tidak bisa dijelaskan dengan teori tabu. Situasi itu adalah yang terdapat dalam bahasa Koasati, suatu bahasa Indian Amerika. Perbedaan ragam ini melibatkan fonologi dan bentuk-bentuk kata ganti persona. Contohnya :
Makna
Pria
Wanita
‘dia sedang
berkata’ / ka:s
/ / ka: /
‘itu jangan diangkat’
/ lakauci:s / / lakaucin /
Tutur
pria cenderung mengarah kepada bunyi / s / pada bagian akhir kata, sedangkan
wanita tidak demikian. Jika seorang anak laki-laki mengatakan /ka:/ misalnya,
ibunya akan memperingatkan itu tidak benar, dan berkata “jangan begitu, kau harus
mengatakan /ka:s/ (harus ada / s / -nya)”.
- Sikap Sosial dan KejantananBerdasarkan hasil survei telah dinyatakan bahwa perhitungan faktor kelas sosial, etnik dan umur para wanita secara konsekuen menggunakan bentuk-bentuk yang lebih mendekati bentuk-bentuk ragam baku atau logat dengan prestise tinggi dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang digunakan pria. Dengan kata lain, para wanita Inggris (yang modern) seperti halnya wanita Koasati (yang modern) menggunakan bentuk-bentuk yang dianggap lebih baik daripada yang digunakan pria.Keragaman bahasa berdasarkan jenis kelamin timbul karena bahasa sebagai gejala sosial erat hubungannya dengan sikap sosial. Secara sosial pria dan wanita berperan karena masyarakat menentukan peranan sosial yang berbeda.
- Prestise TersembunyiDalam hal ini ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam bahasa non baku dan kelas buruh rendahan itu juga mempunyai “prestise” dan ini khusus dimiliki oleh pria (yang umumnya pekerja rendah). Labov menamakan jenis prestise ini sebagai prestise tersembunyi atau terselubung karena sikap ini tidak diungkapkan secara nyata dan terbuka. Sikap ini juga secara mencolok menyimpang dari alur nilai-nilai sosial pokok yang didasari oleh tiap orang
- Bagaimana kaitan teori tabu dengan variasi bahasa pria dan wanita?Tabu memegang peranan penting dalam bahasa. Hal ini karena tabu tabu sebagai akibat berubahnya makna kata. Sebuah kata yang ditabukan tidak dipakai, kemudian digunakan kata lain yang sudah mempunyai makna tersendiri. Akibatnya kata yang tidak ditabukan itu memperoleh beban makna tambahan. Selain menyangkut ketakutan terhadap roh gaib, tabu juga berkaitan dengan nilai kesopanan dan tata krama pergaulan sosial, orang yang tidak ingin dianggap tidak sopan akan menghindarkan penggunaan kata-kata tertentu. Dalam masyarakat Indonesia terutama dalam bahasa daerah, sering dikatakan wanita lebih banyak menghindarkan penggunaan kata-kata yang berhubugan dengan alat kelamin atau kata-kata kotor yang lain. Kata-kata ini ditabukan wanita, atau menjadi monopoli pria. Contoh di Zulu, Afrika, dalam bahasa Zulu ada kata-kata tertentu yang ditabukan oleh wanita. Apabila kata-kata itu mengandung bunyi /z/. Wanita tersebut tidak akan mengucapkannya, karena itu harus mengubahnya ke dalam menjadi kata-kata lain.
- Apa yang dimaksud dengan wanita memiliki kebahasaan yang mendua?Bahasa ibu (bahasa daerah) merupakan bahasa yang berasal dari daerah tempat tinggal si penutur. Di daerah ibu kota negara sering dijumpai masyarakat dari berbagai daerah, contohnya Jakarta. Karena di Jakarta banyak dijumpai masyarakat dari berbagai daerah, maka banyak ditemukan dialek dari bahasa ibu mereka. Penutur yang sering menggunakan dialek tersebut adalah wanita. Wanita-wanita di kota besar ingin maju dan kuat seperti halnya pria, namun tidak mau kehilangan kefeminian. Dapat dijelaskan bahwa di Jakarta umumnya masyarakatnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian untuk berinteraksi, sehingga dapat dikatakan sikap kebahasaan wanita cenderung mendua. Artinya ada semacam kontroversi atau pertentangan sikap. Di satu pihak, berdasarkan analisis, kaum wanita tidak menganggap penting penguasaan bahasa ibu, mereka merasa makin lama menggunakan bahasa Indonesia daripada kaum pria. Ini berarti kaum wanita cenderung mengarah pemakaian bahasa lebih banyak bahasa Indonesia bila bahasa ibu. Di pihak lain, wanita ternyata lebih banyak menjadi anggota perkumpulan sosial bahasa ibu, lebih banyak wanita yang menginginkan agar anak-anaknya lebih banyak berbahasa ibu daripada bahasa Indonesia, dibandingkan pria, sehingga wanita lebih konservatif daripada pria.
- Mengapa wanita cenderung menggunakan bahasa baku sedangkan pria cenderung menggunakan non baku?Karena telah diketahui bahwa kaum wanita pada umumnya lebih sadar kedudukannya daripada pria. Atas dasar itu, wanita lebih peka terhadap pentingnya faktor kebahasaan yang dihubungkan dengan kelas sosial seperti pengingkaran rangkap. Artinya, mereka sadar makin baik bahasanya makin berarti kedudukan sosialnya, sehingga wanita lebih banyak menggunakan bahasa baku. Sedangkan tutur kelas pekerja pada umumnya mempunyai konotasi kejantanan atau ada hubungannya dengan kejantanan, yang mengakibatkan kaum pria cenderung lebih menyukai bahasa nonbaku dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena tutur kelas pekerja dihubungkan dengan kekerasan yang biasanya merupakan ciri kehidupan kelas pekerja, dan kekerasan itu dianggap sebagai ciri kejantanan.