Selasa, 31 Oktober 2017

MARI BELAJAR SOSIOLINGUISTIK DENGAN ASIK


SOSIOLINGUSTIK



  1. Mengapa wanita cenderung tidak dipilih sebagai informan dalam penelitian bahasa?
    Karena wanita lebih sadar diri dan sadar kelas daripada pria. Wanita cenderung mempunyai sikap hiperkorek sehingga dianggap mengaburkan situasi yang sebenarnya dikehendaki oleh para peneliti. Wanita dianggap sebagai kelas kedua seperti itu, maka muncul emansipasi wanita untuk bergerak. Wanita berusaha keras untuk meningkatkan dirinya dengan segala cara yang paling efektif yaitu dengan menggunakan bahasa ragam baku yang sebaik-baikya. Hal ini dilandasi ragam baku mempunyai konotasi terpelajar, berstatus, berkualitas, kompeten, independen, dan kuat, sehingga para peneliti tidak memilih wanita sebagai informan dalam penelitian bahasa.
  2. Jelaskan perbedaan variasi bahasa antara pria dan wanita!
  • Gerak anggota badan dan ekspresi wajah
    Pada dasarnya perbedaan pria dengan wanita itu mungkin tidak langsung menyangkut masalah bahasa atau strukturnya, melainkan hal-hal lain yang membarengi tutur. Yakni salah satunya adalah gerak anggota badan dan ekspresi wajah. Dalam masyarakat pada umumnya, gerakan badan atau gesture digunakan untuk mengungkapkan maksud suatu tuturan. Contoh pada masyarakat Indonesia, kalau orang bertutur dan menyetujui atau membenarkan ucapan atau pendapat orang lain yang diajak bicara, orang itu akan mengatakan “ya” dibarengi dengan anggukan kepala, sedangakan kalau menolak berkata “tidak” dibarengi dengan menggelengkan kepala. Dalam masyarakat Jawa, jika mempersilakan orang lain yang dihormati untuk duduk, ia akan “mengacungkan ibu jarinya” untuk menunjukkan tempat yang disediakan bagi tamunya. Gerakan kepala dan acungan ibu jari menunjukkan adanya gesture tubuh yang digunakan sebagai tuturan dan mempunyai maksud tertentu yang berlaku untuk semua orang tanpa membedakan jenis kelaminnya.
    Sedangkan dalam hal ekspresi wajah, wanita biasanya relatif lebih banyak mempermainkan bibir dan matanya dibandingan dengan pria. Misalnya kalau jengkel matanya akan mleruk atau mlerok (dalam bahasa Jawa), sedangkan pria melotot. Wajahnya bisa mbesengut atau mrengut (dalam bahasa Jawa). Bibir bisa mencucu (dalam bahasa Jawa)
  • Suara dan intonasi
    Suara wanita umumnya lebih lembut bila dibandingkan dengan suara pria. Hal ini sedikit banyak berkaitan dengan nilai sosial atau tata krama dan sopan santun yang terdapat pada orang itu. Wanita yang bersuara keras dianggap kurang sopan. Sebaliknya jika pria bersuara lembut dianggap seperti wanita. Untuk  hal intonasi, intonasi memanjang pada bagian akhir kalimat lebih banyak pada wanita. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan suara manja yang khas pada wanita.
  • Fonem sebagai ciri pembeda
    Vokal pada tutur wanita, dalam banyak logat atau ragam (b.Inggris) telah ditemukan posisinya lebih meminggir atau menepi (lebih ke depan, ke belakang, lebih tinggi, atau lebih rendah) bila dibandingkan dengan vokal pria.
  • Kasus Hindia Barat
    Ketika  orang-orang Eropa pertama kali tiba di kepulauan Antillen Kecil, Hindia Barat dan mengadakan kontak dengan orang Indian Karibia. Mereka menemukan pria dan wanita menggunakan bahasa yang berbeda, pengamatan selanjutnya menunjukkan sebenarnya mereka itu bukan menggunakan bahasa yang berbeda, melainkan hanya ragam yang berbeda dalam satu bahasa dan itupun hanya menyangkut kosakata dalam frase.
  • Teori Tabu
            Tabu memegang peranan penting dalam bahasa. Ilmu ini memperhatikan tabu sebagai berubahnya makna kata. Sebuah kata yang ditabukan tidak dipakai, kemudian digunakan kata lain yang sudah mempunyai makna sendiri. Akibanya, kata yang di tabukan itu memperoleh beban makna tambahan. Tabu itu tidak hanya menyangkut ketakutan terhadap roh gaib, melainkan juga berkaitan dengan sopan santun dan tata krama pergaulan sosial, orang yang tidak ingin dianggap tidak sopan akan menghindarkan penggunaan kata-kata tertentu, contohnya adalah penabuaan kata yang hampir sama bunyinya dengan bunyi kata yang di tabukan itu apa yang pernah terjadi di Malaysia. Di Malaysia kata butuh di tabukan karena dianggap porno.
  • Teori sistem kekerabatan
    Bahasa Chiqiuto, bahasa Indian Amerika di Bolivia, bila seorang wanita ingin mengatakan kakak saya laki-laki, ia mengetakan icibausi, sedangkan pria mengatakan tsaruki. Perbedaan kosakata ini jelas bukan karena masalah tabu, melainkan akibat dari sistem kekerabatan dan sistem jenis kelamin. Perbedaan kata itu di dasarkan atas jenis kelamin penutur atau orang yang menyapa. Cara ini di temukan pada hubungan lain, misalnya :

                                    Penutur Pria          Penutur              Wanita

                                    ‘ayah saya’              ijai                   isupu

                                    ‘ibu saya’                ipaki                ipapa

      Perbedaan ini bertolak belakang dengan yang ada dalam Bahasa Indonesia, perbedaan didasarkan pada orang yang disapa atau yang disebut, bukan kepada orang bertutur. Kata paman atau bibi mengacu pada jenis kelamin yang berbeda dari orang yang kita sapa.

  • Konservatif dan Inovatif
          Ada situasi yang menarik dalam perbedaan ragam tutur pria dan wanita yang tidak bisa dijelaskan dengan teori tabu. Situasi itu adalah yang terdapat dalam bahasa Koasati, suatu bahasa Indian Amerika. Perbedaan ragam ini melibatkan fonologi dan bentuk-bentuk kata ganti persona. Contohnya :

                                    Makna                            Pria                 Wanita

                        ‘dia sedang berkata’                     / ka:s /                 / ka: /

                        ‘itu jangan diangkat’              / lakauci:s /         / lakaucin /

      Tutur pria cenderung mengarah kepada bunyi / s / pada bagian akhir kata, sedangkan wanita tidak demikian. Jika seorang anak laki-laki mengatakan /ka:/ misalnya, ibunya akan memperingatkan itu tidak benar, dan berkata “jangan begitu, kau harus mengatakan /ka:s/ (harus ada / s / -nya)”.

  • Sikap Sosial dan Kejantanan
                    Berdasarkan hasil survei telah dinyatakan bahwa perhitungan faktor kelas sosial, etnik dan umur para wanita secara konsekuen menggunakan bentuk-bentuk yang lebih mendekati bentuk-bentuk ragam baku atau logat dengan prestise tinggi dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang digunakan pria. Dengan kata lain, para wanita Inggris (yang modern) seperti halnya wanita Koasati (yang modern) menggunakan bentuk-bentuk yang dianggap lebih baik daripada yang digunakan pria.
                        Keragaman bahasa berdasarkan jenis kelamin timbul karena bahasa sebagai gejala sosial erat hubungannya dengan sikap sosial. Secara sosial pria dan wanita berperan karena masyarakat menentukan peranan sosial yang berbeda.
  • Prestise Tersembunyi
           Dalam hal ini ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam bahasa non baku dan kelas buruh rendahan itu juga mempunyai “prestise” dan ini khusus dimiliki oleh pria (yang umumnya pekerja rendah). Labov menamakan jenis prestise ini sebagai prestise tersembunyi atau terselubung karena sikap ini tidak diungkapkan secara nyata dan terbuka. Sikap ini juga secara mencolok menyimpang dari alur nilai-nilai sosial pokok yang didasari oleh tiap orang

  1. Bagaimana kaitan teori tabu dengan variasi bahasa pria dan wanita?
    Tabu memegang peranan penting dalam bahasa. Hal ini karena tabu tabu sebagai akibat berubahnya makna kata. Sebuah kata yang ditabukan tidak dipakai, kemudian digunakan kata lain yang sudah mempunyai makna tersendiri. Akibatnya kata yang tidak ditabukan itu memperoleh beban makna tambahan. Selain menyangkut ketakutan terhadap roh gaib, tabu juga berkaitan dengan nilai kesopanan dan tata krama pergaulan sosial, orang yang tidak ingin dianggap tidak sopan akan menghindarkan penggunaan kata-kata tertentu. Dalam masyarakat Indonesia terutama dalam bahasa daerah, sering dikatakan wanita lebih banyak menghindarkan penggunaan kata-kata yang berhubugan dengan alat kelamin atau kata-kata kotor yang lain. Kata-kata ini ditabukan wanita, atau menjadi monopoli pria. Contoh di Zulu, Afrika, dalam bahasa Zulu ada kata-kata tertentu yang ditabukan oleh wanita. Apabila kata-kata itu mengandung bunyi /z/. Wanita tersebut tidak akan mengucapkannya, karena itu harus mengubahnya ke dalam menjadi kata-kata lain.
  2. Apa yang dimaksud dengan wanita memiliki kebahasaan yang mendua?
    Bahasa ibu (bahasa daerah) merupakan bahasa yang berasal dari daerah tempat tinggal si penutur. Di daerah ibu kota negara sering dijumpai masyarakat dari berbagai daerah, contohnya Jakarta. Karena di Jakarta banyak dijumpai masyarakat dari berbagai daerah, maka banyak ditemukan dialek dari bahasa ibu mereka. Penutur yang sering menggunakan dialek tersebut adalah wanita. Wanita-wanita di kota besar ingin maju dan kuat seperti halnya pria, namun tidak mau kehilangan kefeminian. Dapat dijelaskan bahwa di Jakarta umumnya masyarakatnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian untuk berinteraksi, sehingga dapat dikatakan sikap kebahasaan wanita cenderung mendua. Artinya ada semacam kontroversi atau pertentangan sikap. Di satu pihak, berdasarkan analisis, kaum wanita tidak menganggap penting penguasaan bahasa ibu, mereka merasa makin lama menggunakan bahasa Indonesia daripada kaum pria. Ini berarti kaum wanita cenderung mengarah pemakaian bahasa lebih banyak bahasa Indonesia bila bahasa ibu. Di pihak lain, wanita ternyata lebih banyak menjadi anggota perkumpulan sosial bahasa ibu, lebih banyak wanita yang menginginkan agar anak-anaknya lebih banyak berbahasa ibu daripada bahasa Indonesia, dibandingkan pria, sehingga wanita lebih konservatif daripada pria.   
  3. Mengapa wanita cenderung menggunakan bahasa baku sedangkan pria cenderung menggunakan non baku?
    Karena telah diketahui bahwa kaum wanita pada umumnya lebih sadar kedudukannya daripada pria. Atas dasar itu, wanita lebih peka terhadap pentingnya faktor kebahasaan yang dihubungkan dengan kelas sosial seperti pengingkaran rangkap. Artinya, mereka sadar makin baik bahasanya makin berarti kedudukan sosialnya, sehingga wanita lebih banyak menggunakan bahasa baku. Sedangkan tutur kelas pekerja pada umumnya mempunyai konotasi kejantanan atau ada hubungannya dengan kejantanan, yang mengakibatkan kaum pria cenderung lebih menyukai bahasa nonbaku dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena tutur kelas pekerja dihubungkan dengan kekerasan yang biasanya merupakan ciri kehidupan kelas pekerja, dan kekerasan itu dianggap sebagai ciri kejantanan.

PUISI TERBAIK SEPANJANG SEJARAH


Judul Puisi       : Perempuan Tungku

Nama Penulis  : Veronica M. Nurhidayati

Isi Puisi           :

Fajar dan senja datang berganti

Menenggelamkan aroma pedih luka

Ada sisa rindu yang menenggelamkan

Di sana kulihat tungku dan perempuan renta

Betapa hina harus meneteskan airmata karena pega

Atau bebannya harus terselimutkan asap tungku tak berpenjaga

Sudah lamakah kau menjanda bu?

Wahai perempuan tungku, lihatlah keriputmu

Tungku dan kayu tak pernah bercerai karena bosan

Hanya Tuhan pemisah tungku dan kayu yang habis terbakar

Lalu asap yang membuatmu menangisi sebuah kepergian menjadi abu

Ini hidup terlalu pedih jika kau hanya menunggu di depan tungku yang mulai berbau

Hai perempuan penunggu tungku

Taukah kau bangsa ini mulai goyah

Peradaban yang tak pernah kau kenal

Kecintaan yang tak pernah kau dapatkan

Semenjak lelakimu hilang dalam pertempuran

Kini kau habiskan waktumu tanpa bala dan kebahagiaan

Berjuang sendirian

Aku tahu kau tak gila

Penantianmu pada lelakimu

Di hadapan tungku itu kau tabah

Negara lupa tentang wacana veteran

Sedapnya pagi tetap menanti pahlawanmu

Bilau kau mati

Sendiri tanpa belas kasih

Disaksikan tungku yang membisu

Ragamu telah dinantikan wangi sorga

Penghormatan sebagai perempuan bangsa

Ikhlasmu disaksikan bumi pertiwi dan sang Illahi

Titi Mangsa     : Magelang, 14 Maret 2016

SINTAKSIS: MEMBANDINGKAN TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA DAN BUKU HARIMURTI KRIDALAKSANA


MEMBANDINGKAN TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA DAN

BUKU HARIMURTI KRIDALAKSANA



Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

  • Tiap kalimat memerikan suatu peristiwa artau keadaan yang melibatkan satu peserta, atau lebih, dengan peran semantik yang berbeda.
  • Peserta itu dinyatakan dengan nomina atau frasa nomina.
    Contoh :
    Aidah membeli apel unduk Aldila
    Peserta: Aidah, Apel, dan Aldila

Buku Harimurti Kridalaksana

  • Peran semantik adalah hubungan antara argument dan predikator dalam proposisi.


  1. Perbedaan peran semantik pada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dan Buku Harimurti Kridalaksana yaitu.
    Jika dalam TBB terdapat 5 peran, maka dalam buku Harimurti terdapat 19 peran.
  2. Persamaan peran semantik pada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dan Buku Harimurti Kridalaksana yaitu.

  1. Pelaku             : sama.
  2. Sasaran            : sama
  3. Peruntung        : pemeroleh
    Jadi peruntung dan pemeroleh memiliki peran yang sama, hanya saja penyebutannya berbeda


  1. Peran dalam TBB

  1. Pelaku
    Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta pada umumnya manusia atau binatang serta benda potensial.
    Peran pelaku itu merupakan peran semantis utama subjek kalimat aktif dan pelengkap kalimat pasif.
    Contoh.
    Aidah sedang memainkan buku
    Ikan berenang di air.
    Sepeda itu berputar lalu terjatuh
    Contoh di atas (yang dicetak miring) merupakan peran yang berkedudukan sebagai subjek pada kalimat aktif.
    Kemudian di bawah ini merupakan contoh peran yang berkedudukan sebagai pelengkap dalam kalimat pasif.
    Permen saya dimakan Aidah
    Mobil saya dipakai Yanu

  2. Sasaran
    Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peran sasaran itu menduduki objek atau pelengkap.
    Contoh.
    Ani mengirim bunga kepada ibunya

  3. Pengalam
    Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan unsure subjek yang predikatnya adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan .
    Contoh;
          Ani kehujanan sore tadi.

  4. Peruntung
    Peruntung adalah peserta yang beruntung dan yang memperoleh manfaat dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipan peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, atau pelengkap, atau sebagai subjek verba jenis menerima atau mempunyai.
    Contoh.
    Ibu memberi kado kepada saya.

  5. Atribut
    Peran atribut diduduki oleh predikat nomina.
    Contoh.
          Lelaki itu pacarku.



  1. Peran dalam Buku Harimurti

  1. Penanggap
    Benda bernyawa yang bereaksi terhadap lingkungannya  atau yang mengalami proses psikologis. Penanggap dapat pula berupa yang mengingini, yang mencintai yang menghargai, atau yang menderita penghinaan, cemooh, dan sebagainya.
    Contoh
    Dia sangat bersedih

  2. Pelaku
    Benda bernyawa atau tidak bernyawa yang mendorong suatu proses atau yang bertindak.
    Contoh.
          Yanu memegang bola

  3. Tokoh
    Benda bernyawa yang diterangkan oleh benda lain, atau yang memerankan apa yang disebut predicator.
    Contoh.
          Bu Yuni guru saya.

  4. Pokok
    Benda tak bernyawa yang diterangkan oleh benda lain, atau yang memerankan apa yang disebut predikator.
    Contoh.
          Sambal adalah makanan yang pedas.

  5. Ciri
    Benda yang menerangkan benda lain.
    Contoh.
    Sambal adalah makanan yang pedas.

  6. Penderita
    Benda bernyawa yang menjadi tujuan predikator dengan atau tanpa perubahan. Penderita dapat pula berupa yang dimiliki, yang diperoleh, atau yang dipertukarkan.
    Contoh.
          Sani sayant menyayangi ibunya.

  7. Sasaran
    Benda tak bernyawa yang mengalami perubahan fisik atau yang berubah tempat atau letaknya.
    Contoh.
          Tina membeli roti.

  8. Hasil
    Benda yang melengkapi atau mengkhususkan predikator, atau yang menjadi hasil tindakan predikator.
    Contoh.
          Ibu menanak nasi.

  9. Pemeroleh
    Benda yang mendapat keuntungan dari predikator.
    Contoh.
          Kakak menjahitkan adik baju.

  10. Ukuran
    Benda yang mengungkapkan banyaknya atau ukuran predikator.
    Contoh.
          Jeruk itu jumlahnya 9 butir.

  11. Alat
    Benda tak bernyawa yang dipakai oleh pelaku untuk menyelesaikan suatu perbuatan perbuatan atau mendorong suatu proses atau benda bernyawa dan tak bernyawa yang menimbulkan kondisi untuk terjadinya sesuatu.
    Contoh.
          Lina memotong tangkai bunga dengan gunting.

  12. Tempat
    Benda di mana predikator terjadi.
    Contoh.
    UNTIDAR dibangun di Magelang.

  13. Sumber
    Tempat yang menjadi sumber dari predikator, atau benda pemilik semula dalam tukar-menukar.
    Contoh.
          Lani tertidur di meja.
          Rudi member Runi roti.

  14. Jangkauan
    Batas lokasi predikator.
    Contoh.
          Purworejo meliputi Kemiri, Pituruh, Bruno, Bener dan Butuh.

  15. Cara
    Ciri perbuatan.
    Contoh.
          Vero berjalan dengan menunduk.

  16. Peserta
    Benda yang mengikuti pelaku.
    Contoh.
          Ibu pergi ke sawah dengan ayah.

  17. Arah
    Batas kegiatan predikator.
    Contoh.
          Dani melempar batu kepada burung itu.

  18. Waktu
    Waktu terjadinya predikator.
    Contoh.
          Kemarin kita bertemu.

  19. Asal
    Bahan terjadinya predikator.
    Contoh.
          Selendang itu dibuat dari sutera.




ANALISIS NOVEL JALAN MENIKUNG KARYA UMAR KAYAM (TERLENGKAP)

SINOPSIS, PENOKOHAN, LATAR/SETTING, SERTA AMANAT DALAM NOVEL YANG BERJUDUL JALAN MENIKUNG (PARA PRIYAYI 2) KARYA UMAR KAYAM I.     ...